Halo semuanya! Gua balik lagi di postingan kali
ini dengan tugas IAD! Jiyah, ketauan banget ya saya cuma dateng ke blog ini
buat nyelesain tugas kuliah aja? Ya maklum, menulis secara regular belum jadi
kebiasaan saya. Termasuk ngetik dengan 10 jari. Lama banget euy ekstra 20 menit
kayaknya hahahahahah.
Oke daripada basa basi saya disini mau nyelesain
dua tugas secara bersamaan. Yang pertama tentang metode ilmiah mencari ilmu
pengetahuan, yang kedua tentang mitos dari daerah asal saya (ada dua soalnya saya
hybrid, JanDa hehehe). Silahkan dibaca ya!
I.
Metode Ilmiah
Manusia
sudah hidup di dunia saat dunia ini masih belum stabil. Manusia sudah mencari
tahu ilmu dengan sistem trial and error. Seiring
dengan berjalannya waktu, manusia semakin pandai dalam mencari ilmu. Mulai
dengan cara sederhana seperti mengira-mengira dan intuisi, sampai ada yang
lebih tersusun sistematis seperti metode ilmiah.
Metode
non-ilmiah adalah teknik untuk memecahkan suatu masalah. Tidak harus
menggunakan cara yang sistematis namun yang terpenting adalah mencari jawaban
yang paling benar. Untuk mencarinya bisa melalui pendapat orang yang lebih
paham, intuisi, mengira-ngira, pengalaman dari orang-orang, dan sebagainya. Namun
di tulisan ini, saya akan lebih terfokus kepada metode ilmiah dalam mencari
ilmu.
Metode
Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Ada beberapa cara yang dipakai untuk memeroleh
suatu jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan. Yang akan dijelaskan di bawah
ini:
a)
Observasi: menurut Martini dan Nawawi observasi adalah ”pengamatan sekaligus
pencatatan secara urut yang terdiri dari unsur-unsur yang bermunculan dalam
suatu fenomena-fenomena dalam objek penelitian. Hasil dari pengamatan akan
dilaporkan dengan susunan yang sistematis dan sesuai kaidah yang berlaku”. Hasil dari observasi disebut data yang akan dianalisis.
b)
Eksperimen: eksperiman adalah suatu kegiatan untuk menguji apakah prasangka yang
kita punya sesuai dengan kenyataan. Eksperimen biasanya mengguanakan variabel
tertentu dan memodifikasinya agar memperoleh hasil yang diharapkan.
c)
Wawancara: wawancara adalah suatu metode untuk memperoleh data dengan cara menanyakan
kepada orang-orang yang bersangkutan dengan apa yang kita ujikan atau ingin cari
tahu.
Ketika
data sudah diperoleh dengan menggunakan 3 metode di atas, lalu akan diolah dan
dianalisis dengan mencocokkan dengan teori yang sudah ada atau berkaitan dengan
masalah tersebut dengan menggunakan metode ilmiah. Susunan metode ilmiah dan
cara kerjanya akan dijabarkan sebagai berikut.
a)
Perumusan masalah: tahap dimana peneliti menentukan masalah atau “pertanyaan”
apa yang akan dicari tahu lebih jauh.
b)
Penarikan hipotesis: tahap dimana peneliti memperkirakan jawaban
sesuai teori yang telah diketahui sebelumnya.
c)
Eksperimen: semua dugaan akan diuji kebenarannya melaui eksperimen. Peneliti bisa
mencari data dari histori penelitian terdahulu, terjun ke lapangan, sampai
menguji coba secara langsung seperti di laboratorium.
d)
Analisis data: Data diperoleh dari hasil eksperimen. data
hasil eksperimen dibedakan menjadi 2:
1. Data kualitatif yaitu data yang tidak disajikan dalam bentuk angka tetapi
dalam bentuk deskripsi. Contoh data ciri morfologi.
2. Data kuantitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk angka. Contoh
data hasil pengukuran tinggi batang suatu tanaman. Dta kuantitatif harus diolah
dalam bentuk tabel, grafik, atau diagram sehingga mudah dipahami orang lain.
e)
Penarikan kesimpulan: penarikan kesimpulan harus mengaju pada hasil
eksperimen. Jika sudah sesuai dengan teori yang ada dan bisa diterima secara
logis, maka hipotesis diterima. Jika tidak cocok, maka hipotesis ditolak.
II.
Mitos Daerah Sumedang: Cadas Pangeran
Setelah
kita bicara tentang bagaimana orang terdahulu memeroleh ilmunya sehingga bisa
dipelajari oleh siswa dan mahasiswa di seluruh dunia, kita akan berpindah ke
bahasan yang sedikit tidak logis, yaitu mitos daerah asal. Istilah Mitos
berasal dari bahasa Yunani mythos dan bahasa Belanda mite yang berarti cerita
atau perkataan. Penutur mitos terlebih dahulu telah mendengar cerita tersebut
dari generasi sebelumnya, biasanya terdapat penokohan para dewa yang terjadi di
dunia lain (kayangan) dan dihubungkan dengan terjadinya suatu tempat, alam
semesta, adat istiadat dan dongeng masa lampau lainnya.
Sebelum
berbicara tentang mitos yang akan saya ceritakan disini, saya akan memaparkan
sedikit tentang latar belakang daerah orang tua saya.
a)
Ayah (Arief
Wibowo) lahir di Pamekasan pada tanggall 8 Februari 1972. Sejak dilahirkan,
beliau dibesarkan di Madura dan menganut ajaran Islam yang kuat. Saat masih
usia SD, beliau pindah ke Kuningan, Jawa Barat karena pekerjaan ayahnya. Saat kuliah,
beliau tinggal di Surabaya.
b)
Ibu (Tri
Laksmi Damayanti) lahir di Surabaya pada tanggal 12 Juni 1973. Beliau lahir dan
besar di Surabaya selama 30 tahun. Namun keluarganya memiliki latar belakang
dari Sunda tepatnya di Sumedang. Bahkan ada yang mengatakan bahwa ibu saya
masih ada keturunan kerajaan.
Jadi
mitos yang akan saya angkat sekarang berasal dari latar belakang ibu saya,
yaitu dari daerah Sumedang, Jawa Barat. Yaitu
mitos Jalan Cadas Pangeran.
Cadas
Pangeran adalah nama jalan yang menjadi akses jalan raya Bandung-Cirebon. Di
jalan ini dibangun pos Daendels yang melintasi daerah ini. Karena medan yang
berbatu (cadas) maka lima ribu pekerja kehilangan nyawanya saat bekerja. Hal
ini membuat gusar pemerintah Sumedang dan membuat marah Pangeran Kusumadinata
atau yang lebih terkenal disebut Pangeran Kornel.
Karena
banyaknya korban yang berjatuhan saat membuat jalan ini, Pangeran Kornel murka
dan hatinya terpanggil untuk membantu dengan cara mengirim orang-orang kepercayaannya
ke jalan tersebut. Meskipun pada waktu itu Sumedang masih terdapat banyak hutan
yang berisi binatang buas. Setelah mengamati lapangan, Pangeran Kornel mendapati
bahwa pekerja tersebut berkondisi sangat memperihatinkan. Bahkan mereka hanya
menggunakan perkakas sederhana untuk memapas tebing. Rendahnya fasilitas dan
kurangnya prosedur keselamatan karena masih kurangnya pengetahuan tentang itu,
maka banyak sekali menelan korban sampai ribuan orang.
Hingga
saat ini, Cadas Pangeran dianggap sebagai jalan yang angker dan sering terjadi peristiwa
aneh yang di luar nalar manusia. Semua ini terjadi karena Cadas Pangeran jalannya
sangat curam dan rawan akan kecelakaan.
Menurut
analisis pribadi saya, mengapa Cadas Pangeran terkenal sebagai jalan yang
angker dan berbahaya? Disebabkan oleh jalannya sendiri yang berkelok-kelok dan
curam. Dengan rendahnya fasilitas keamanan yang diberikan penjajah kepada Daendels
menjadi penyebab kenapa banyak sekali korban yang berjatuhan. Hingga saat ini,
pengemudi mobil dan motor yang kurang memperhatikan keselamatan juga akan mengalami
kecelakaan karena jalannya yang curam dan berkelok-kelok.
Jadi sekian paparan tugas yang telah ditugaskan
kepada saya tentang bagaimana orang terdahulu memeroleh ilmu pengetahuan dan
mitos yang terjadi di daerah asal keluarga saya yaitu Cadas Pangeran. Mudah-mudahan
postingan saya kali ini dapat memberi manfaat bagi yang membaca. See you!
Referensi:
https://www.sridianti.com/pengertian-mitos.html
Komentar
Posting Komentar